Kisah Sri Sultan Hamengkubuwana IX Dengan Penjual Beras

Tokoh

Sri Sultan Hamengkubuwana IX. Sumber: Grup FB (Indonesia History in Colorized photos)

Penulis:Bearita.com

HB IX tidak pernah gentar terhadap penjajah Belanda. “Kalau Anda mau merampas keraton, saya lebih suka mati !” kata HB IX kepada petinggi Belanda suatu kali.

Sebagai Raja, HB IX meninggalkan sifat-sifat feodal dan tak segan keluar masuk pedesaan hingga Gunungkidul dan Kulonprogo, hal yang jarang dilakukan raja-raja pendahulunya, sehingga dia bisa dianggap sebagai pionir blusukan. 

Peristiwa unik saat HB IX blusukan sendirian di Desa Godean, Land Rover-nya dihentikan oleh seorang perempuan penjual beras yang sudah sepuh. Dia pun menghentikan jipnya itu ke pinggir dan segera turun.

Belum sempat mengeluarkan sepatah kata, perempuan tua itu berseru: “Niki, karung-karung beras niki diunggahake!” (Ini, karung-karung berasnya dinaikan). 

Rupanya, sang penjual beras yang tak mengenal wajah Sri Sultan mengira raja Jawa itu sebagai sopir angkutan beras yang biasa membawa para pedagang ke Pasar Kranggan di wilayah Kota Yogyakarta. 

Tanpa banyak bicara, Sultan pun mengangkat dua karung besar beras ke bagian belakang kendaraannya. Sementara itu sang penjual beras tanpa meminta izin menaiki jip dan duduk di samping Sultan, sampai di tujuan, tanpa diperintah, Sultan pun keluar dari mobil dan dengan tangkas menurunkan karung-karung tersebut. 

Begitu selesai, penjual beras itu lantas merogoh kemben usangnya dan mengeluarkan uang lembaran dan disodorkan ke Sri Sultan. Sultan tersenyum dan menggelengkan kepala. 

Disikapi seperti itu, alih-alih berterimakasih, sang penjual beras malah ngomel-ngomel, dikiranya “sang sopir” tidak mau menerima “ongkos” karena jumlah uangnya yang kurang. 

"Pun boten sisah, Mbakyu.” ujar HB IX. Lalu tanpa banyak bicara, dia lantas memacu jipnya ke arah keraton. 

Seorang polisi lantas menghampiri penjual beras itu dan memberitahu jika “sopir” yang baru diomelinya itu adalah Ngarsa Dalem. 

Bukan main kagetnya penjual beras itu, saking kagetnya, dia lantas terhuyung-huyung dan jatuh pingsan hingga dilarikan ke RS Bethesda. 

Kejadian tersebut disaksikan SK Trimurti, istri dari Sayuti Melik, pengetik naskah proklamasi. 

Mendengar si penjual beras yang mengomelinya itu masuk rumah sakit, dia bergegas menengok RAKYAT yang menjadi RAJA DI HATINYA

(Sumber: Sultan Hamengkubuwono IX ; tahta untuk rakyat.)

Terkait
Sumber Referensi Cerdas | Beragam Informasi Unik dan Berani
Copyright ©2024 bearita.com All Rights Reserved