Profil Singkat Syaikh Muhammad Al-Khidhir

Tokoh

Ilustrasi

Penulis:Bearita.com

Syaikh Muhammad Al-Khidhir lahir di Limboro 4 September 1983, lebih dikenal dengan nama Al-Limbory atau bernama kuniyah Abu Ahmad adalah seorang alim ulama Ahlissunnah wal Jama'ah yang giat mendakwahkan tauhid.

Awal ia mengenal dakwah tauhid dari kakak kandungnya Ustadz Abul Abbas Harmin Rahimahullah, ia dijelaskan tentang makna La Ilaha Illallah dan syarat-syarat serta dua rukunnya.

Ia dimotivasi oleh ustadznya ini untuk mendalami menuntut ilmu di Sulawesi dan Jawa, selama menuntut ilmu di Indonesia, ia sudah membiasakan menulis dan menerjemahkan kitab kecil, juga menyampaikan khutbah Jum'at.

Kemudian pada tahun 2008 tepatnya di bulan Ramadhan, ia diberangkatkan oleh Ustadznya tersebut ke negeri hikmah Yaman untuk memperdalam menuntut ilmu di Darul Hadits Dammaj.

Di Darul Hadits Yaman ia sibuk menuntut ilmu juga menyempatkan menulis, menerjemahkan kitab dan mengajar, tidak hanya pelajar Indonesia, Malaysia dan Singapura yang ajar dan bukakan kajian, namun ada pula orang Yaman dan Etopia yang belajar dengannya.

Pada tahun-tahun terakhir di Darul Hadits Dammaj, terjadi perang, pemberontak Hutsi yang beraliran Rafidhah yang melakukan perlawanan terhadap pemerintah Republik Yaman hingga Darul Hadits Dammaj menjadi sasaran penyerangan mereka, karena dinilai berpihak ke pemerintah Republik Yaman.

Di saat itu, pemerintah Republik Yaman mengirimkan bantuan dan penjagaan kepada penduduk Dammaj, namun karena pihak pemberontak sangat kuat maka Dammaj berhasil di kepung, hingga penuntut-penuntut ilmu dan gugu-guru melakukan perlawanan terhadap pemberontak, mereka membela diri dengan senjata yang diberikan oleh pemerintah Republik Yaman, dan Syaikh Muhammad Al-Khidhir dijadikan komandan bagi orang-orang Indonesia dan Malaysia.

Karena sangat tidak seimbang kekuatan mereka dalam menghadapi pemberontak, selama beberapa bulan kemudian mereka memilih meninggalkan Darul Hadits Dammaj hingga dikuasai oleh pemberontak. Syaikh Muhammad Al-Khidhir lalu ikut hijrah ke ibukota Yaman di Shan'a, di kota ini ia meneruskan menuntut ilmu di Jami' As-Sunnah Shan'a kemudian pindah ke Jami' Al-Fath Shan'a.

Seperti biasanya, ia biasa menulis, menerjemahkan kitab dan mengajar. Di antara yang belajar kepadaya selain Indonesia dan Yaman, ada pula penuntut ilmu dari Kamboja. Sekitar satu tahun di Sha'na, terjadi lagi perang, pemberontak menguasai Shan'a, sehingga para penuntut ilmu dan guru-guru dari warga negara asing harus ditahan di penjara termasuk Syaikh Muhammad Al-Khidhir, kemudian masing-masing kedutaan negara datang membebaskan warga negara mereka lalu dipulangkan ke negara masing-masing.

Syaikh Muhammad Al-Khidhir bersama warga negara Indonesia lainnya dipulangkan dengan biaya sepenuhnya oleh negara, mereka dipulangkan lewat Jizan Saudi Arabia, lalu dijemput oleh pesawat TNI AU diberangkatkan ke Oman, setelah menggunakan pesawat komersial ke Indonesia, sampai di Indonesia mereka disambut baik oleh menteri luar negeri dan para pejabat negara.

Sesampainya di Indonesia, Syaikh Muhammad Al-Khidhir mulai mendakwahkan tauhid dan sunnah di Limboro dan sekitarnya, ia ditemani oleh murid-muridnya dakwah keliling ke kampung-kampung sekitar Limboro, ke Ambon dan sempat pula dakwah ke pulau-pulau di Maluku.

Beberapa tahun kemudian, ia ke Jawa dan menyempatkan berdakwah ke beberapa kota, ke Pekalongan, Solo, Purwakarta dan Cilacap. Beberapa bulan kemudian, ia bersama keluarga pindah ke Bekasi mengikuti ajakan paman dan bibinya untuk mencoba berdakwah di Bekasi hingga divasilitasi dan dikontrakan rumah selama dua tahun di Perumahan Kemang Pratama Bekasi. Di Bekasi ini, dakwahnya mulai menyebar, ia menyampakan khutbah dan kajian di Masjid Baiturrahman Kemang Pratama Bekasi, di Masjid At-Taqwa Harapan Baru Bekasi, di Masjid At-Tauhid Jakarta Timur, di Masjid Al-Kautsar Tenggilis Bekasi, Masjid At-Taqwa Ciketing dan di masjid-masjid lainnya serta di Mushalla-mushalla di Jabodetabek.

Syaikh Muhammad Al-Khidhir setelah 4 tahun tinggal di rumah kontrakan di Bekasi, iapun diberi tanah wakaf oleh bibi dan pamannya di Kampung Cipancur Desa Ligarmukti Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bekasi.

Di atas tanah wakaf inilah, ia mendirikan majlis dan pondok pesantrennya, ia membuka berbagai kajian ilmiah setiap hari dan ia juga memiliki jadwal mengisi kajian, ceramah dan khutbah di beberapa masjid di Jabodetabek, seperti di Masjid Muti'ah Bogor, Masjid At-Taqwa Bekasi, Masjid Al-Hidayah Green Pramuka Jakarta, Masjid Ar-Rahman Mall Mangga Dua Jakarta.

Terkait
Sumber Referensi Cerdas | Beragam Informasi Unik dan Berani
Copyright ©2024 bearita.com All Rights Reserved