Alasan Tentara Lebih Memilih Mati Daripada Ketangkap Oleh Lawan

Lain-lain

Ilustrasi

Penulis:Bearita.com

Tergantung siapa dia dan siapa musuhnya. Tapi umumnya tentara memilih menyerah daripada mati saat peluang menang kecil dan risiko ditangkap lebih baik daripada mati.

Tentu saja ada kejadian sejarah yang konyol, seperti jatuhnya Singapura ke tangan Jepang pada 1941. Saat 80 ribu tentara Inggris menyerah pada 30 ribu tentara Jepang. Padahal artileri Jepang tinggal untuk satu hari saja. Kalau saja Inggris bertahan sehari lebih lama, Jepang gagal kuasai Singapura.

Mengapa Inggris begitu mudah menyerah di Singapura?

  1. Karena kemampuan tempur pasukan Inggris—saat itu disokong sejumlah divisi India—tidak sebagus Jepang. Tentara Jepang itu terdiri dari veteran perang di Cina. Tentara Inggris tak ada pengalaman tempur. Dalam sejumlah pertempuran, ada yang satu divisi dihabisi hanya oleh satu brigade Jepang.
  2. Kemungkinan Inggris memandang Jepang akan memperlakukan tawanan dengan baik. Ini karena saat perang dengan Rusia pada sekitar 1904–1905, pihak Barat terkesan bagaimana Jepang memperlakukan sekitar 55 ribu tentara Rusia yang mereka tawan. Mereka diperlakukan sangat baik.

Dalam Perang Dunia II, Jepang sangat sadis memperlakukan tawanan perang. Begitu kuasai Singapura, tentara Jepang ke rumah sakit dan tentara yang dirawat, dibunuh di tempat jika tidak bisa jalan.

Di Tarakan atau berbagai tempat di Jawa, Jepang menenggelamkan tawanan hidup-hidup atau melempar tawanan ke buaya hidup-hidup. Yang "beruntung" adalah yang dipenggal, tidak tewas disiksa.

Saya yakin bahwa Supriyadi, perwira PETA asal Blitar yang menyerah setelah memberontak, disiksa saat dieksekusi.

Saya curiga, ini metode Jepang agar tentaranya tidak menyerah. Mereka dibilang, kalau menyerah bakal dihabisi musuh, seperti mereka menghabisk musuh.

Tujuan perang itu umumnya untuk menyelesaikan masalah, bukan menghancurkan musuh. Mungkin masalah berebut wilayah, masalah kekuasaan, dan sebagainya. Tapi perang itu sangat mahal.

Itu sebabnya tentara Mongol itu sangat kejam bagi wilayah yang melawan, misalnya di satu wilayah, semua yang bernafas dibunuh. Tujuannya, wilayah lain yang belum dikuasai akan mendengar dan menjadi gentar, nanti mereka akan menyerah tanpa berperang.

Di Arab di masa lalu, kadang tawanan perang bisa dilepas dengan tebusan. Kalau Anda muslim, biasanya pernah denger cerita musuh yang ditawan Nabi dalam perang Badar, bisa ditebus dengan beberapa gram emas atau ditebus dengan mengajari baca tulis orang Muslim.

Nah, di Eropa pada abad pertengahan itu penuh peperangan. Mungkin karena sering berperang itu, mereka relatif baik memperlakukan musuh yang menyerah. Mungkin mereka cemas, di saat lain mereka juga akan menjadi tawanan. Atau mereka tahu, sebagian rekan mereka, juga menjadi tawanan.

Tapi beberapa hal kadang membuat orang Eropa juga tetap buruk memperlakukan tawanan. Mungkin dendam atau semacamnya.

Saat Perang Dunia II, saat kalah, tentara Jerman berusaha ditangkap Amerika atau Inggris, karena perlakuan pada tawanan sangat baik dibanding Rusia.

Bahkan tawanan Jerman yang dibawa ke Amerika, pada buncit-buncit perutnya karena kebanyakan nutrisi. Seorang tawanan Jerman, yang merasa berhutang budi karena perlakukan warga Manchester saat perang, bahkan kemudian menjadi kiper Manchester City dan tak main di Jerman.

Namun pasukan Jerman yang jadi anggota unit SS (milisi Nazi), bukan pasukan reguler, tidak pernah mau menyerah. Semua tentara SS tahu, tentara Sekutu, baik Amerika, Inggris, apalagi Rusia, langsung eksekusi tentara SS di tempat. Ini karena SS banyak melakukan kekejaman perang, sedang tentara Jerman reguler, berperang dengan cara "baik-baik".

Sebaliknya Jerman saat perang, memperlakukan tawanan perang asal Barat (Inggris, Amerika, Prancis, dll) relatif baik, namun sangat buruk pada tawanan asal Eropa timur (Rusia dll).

Di Eropa, kekejaman terakhir terhadap tawanan perang, terjadi di Bosnia. Saat itu Yugoslavia pecah dari beberapa, dipisah agama meski bahasa sama. Warga muslim disebut Bosnia, Katolik disebut Kroasia, dan Kristen Orthodoks disebut Serbia.

Tentara Serbia sangat kejam memperlakukan tawanan Bosnia-nya, yang diletakkan di kamp konsentrasi seperti foto di bawah.

Di Irak-Suriah saat perang lawan ISIS, tentara ISIS tak mau menyerah pada pasukan reguler Irak atau milisi Syiah. Ini karena ISIS kejam pada mereka dan mereka tahu nasibnya bakal buruk kalau tertangkap. Namun ISIS mau menyerah kepada milisi Kurdi.

sumber: quora

Terkait
Sumber Referensi Cerdas | Beragam Informasi Unik dan Berani
Copyright ©2024 bearita.com All Rights Reserved