Sultan Mamengkubuwono VIII Diberitakan Meninggal Mendadak tahun 1939

Sejarah

Koran berbahasa Melayu untuk kaum Tionghwa Sinpo terbitan Betawi

Penulis:Bearita.com

Sebuah laporan Koran berbahasa Melayu untuk kaum Tionghwa Sinpo terbitan Betawi, tanggal 28 October 1939 tentang wafatnya Sultan VIII Djokja.

Rupanya tepat sehari sebelumnya, saat berkunjung ke Betawi, Sultan sempat berkunjung ke Konsul Jenderal Tiongkok* di Batavia yaitu pada 21 Oktober 1939. Bahkan sempat menemani Sultan ke stasiun Gambir saat akan kembali ke Djokja. Sehingga kabar meninggalnya sangat mengejutkan sang konsulat yang diterima pada 22 Oktober.

"𝘐𝘢 𝘢𝘮𝘱𝘪𝘳 𝘵𝘪𝘥𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘫𝘢𝘫𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘪𝘵𝘰𝘦 𝘬𝘢𝘣𝘢𝘳 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘰𝘦 𝘬𝘭𝘪𝘳𝘰𝘦. 𝘔𝘰𝘦𝘴𝘵𝘢𝘪𝘭 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘰𝘦𝘴𝘵𝘢𝘪𝘭 𝘬𝘦𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳𝘢𝘯𝘯𝘫𝘢, 𝘵𝘦𝘳𝘯𝘫𝘢𝘵𝘢 𝘣𝘦𝘯𝘦𝘳."

Demikian kalimat awal berita Sinpo menggambarkan keterkejutan.

Sultan memang berkunjung ke Batavia untuk memberikan keris Kyai Joko Piturun kepada putra yg ia pilih yaitu Gusti

Dorojatun, yg secara khusus pulang dari Belanda atas perintah ayahandanya.

Tampaknya Sultan juga meluangkan waktu mengunjungi Konsulat Jenderal Tiongkok di Batavia, bertemu Mr.Kah (nama pejabat konsul).

Di kantoor Consulaat Generaal Tiongkok yg saat itu ada di Tanah Abang Heuvel (sekarang Bukit Tanah Abang, Jalan Fachrudin sekitar Pasar Tanah Abang) sultan dijamu makanan dan buah2an.

"𝘞𝘢𝘬𝘵𝘰𝘦 𝘥𝘢𝘵𝘦𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘊𝘰𝘯𝘴𝘶𝘭𝘢𝘢𝘵 𝘎𝘦𝘯𝘦𝘳𝘢𝘢𝘭 𝘛𝘪𝘰𝘯𝘨𝘬𝘰𝘬 𝘥𝘪 𝘛𝘢𝘯𝘢𝘩 𝘈𝘣𝘢𝘯𝘨 𝘏𝘦𝘶𝘷𝘦𝘭, 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘰𝘦 𝘴𝘢𝘥𝘫𝘢 𝘔𝘳.𝘒𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘮𝘣𝘰𝘦𝘵 𝘪𝘢 𝘱𝘰𝘦𝘯𝘫𝘢 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘮𝘰𝘦 𝘢𝘨𝘰𝘦𝘯𝘨 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘦𝘯 𝘨𝘰𝘦𝘮𝘣𝘪𝘳𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘚𝘶𝘭𝘵𝘢𝘯 𝘱𝘰𝘦𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘻𝘰𝘯𝘥𝘦𝘳 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘬𝘪𝘬𝘰𝘦𝘬, 𝘮𝘢𝘴𝘬𝘪 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘭 𝘔𝘳.𝘒𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘭𝘰𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘳𝘢𝘱𝘢 𝘭𝘢𝘮𝘢. 𝘈𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘴𝘰𝘦𝘨𝘰𝘦𝘬𝘦𝘯, 𝘚𝘶𝘭𝘵𝘢𝘯 𝘋𝘫𝘰𝘬𝘥𝘫𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘴𝘰𝘦𝘬𝘢 𝘑𝘢𝘯 𝘖𝘣 (𝘴𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘰𝘦𝘳𝘰𝘦𝘯𝘨) 𝘥𝘢𝘯 𝘓𝘦𝘯𝘨𝘬𝘦𝘯𝘨"

Sinpo mengatakan bahwa walau khas Tiongkok tapi sebenarnya sup sarang burung maupun buah Lengkeng semua berasal dari Vorstenlanden alias wilayah Kasultanan juga.

"𝘐𝘯𝘪 𝘱𝘪𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘱𝘰𝘦𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘴𝘺𝘮𝘣𝘰𝘭𝘪𝘦𝘬 𝘛𝘪𝘮𝘰𝘦𝘳 𝘢𝘭𝘰𝘦𝘴 𝘫𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪𝘴𝘦𝘯𝘨𝘢𝘥𝘫𝘢. 𝘚𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘥𝘪𝘬𝘢𝘵𝘢𝘩𝘰𝘦𝘪 𝘴𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘰𝘦𝘳𝘰𝘦𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘛𝘪𝘰𝘯𝘨𝘩𝘰𝘢 𝘫𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵 𝘥𝘪𝘩𝘢𝘳𝘨𝘢𝘬𝘦𝘯. 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘫𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘬𝘢𝘵𝘦𝘮𝘰𝘦𝘬𝘦𝘯 𝘥𝘪...... 𝘱𝘢𝘴𝘪𝘴𝘪𝘳 𝘚𝘦𝘭𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘢𝘳𝘢𝘥𝘫𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘋𝘫𝘰𝘬𝘫𝘢𝘬𝘢𝘳𝘵𝘢.** 𝘉𝘰𝘦𝘸𝘢𝘩 𝘓𝘦𝘯𝘨𝘬𝘦𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘣𝘰𝘦𝘸𝘢𝘩 𝘛𝘪𝘰𝘯𝘨𝘩𝘸𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘦𝘯𝘢𝘭 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘣𝘰𝘦𝘸𝘢𝘩 𝘱𝘰𝘦𝘯 𝘵𝘰𝘦𝘮𝘣𝘰𝘦𝘩 𝘥𝘪 .... 𝘝𝘰𝘳𝘴𝘵𝘦𝘯𝘭𝘢𝘯𝘥𝘦𝘯."

Walau sebentar, tampaknya kunjungan Sultan memberi kesan mendalam, ditambah kabar mendadak tentang wafat beliau sehari setelah kunjungan tersebut.

"𝘒𝘰𝘦𝘯𝘥𝘫𝘰𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘫𝘢 𝘚𝘶𝘭𝘵𝘢𝘯 𝘏𝘢𝘮𝘦𝘯𝘨𝘬𝘰𝘦 𝘉𝘰𝘦𝘸𝘰𝘯𝘰 𝘝𝘐𝘐𝘐 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘦𝘯 𝘪𝘮𝘱𝘳𝘦𝘴𝘴𝘪𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘦𝘮 𝘥𝘢𝘯 𝘚𝘳𝘪 𝘚𝘶𝘭𝘵𝘢𝘯 𝘱𝘰𝘦𝘯𝘫𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭 𝘴𝘦𝘵𝘫𝘢𝘳𝘢 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘰𝘦 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘥𝘰𝘦𝘨𝘢, 𝘵𝘫𝘰𝘦𝘮𝘢 𝘣𝘪𝘬𝘪𝘯 𝘪𝘵𝘰𝘦 𝘪𝘯𝘥𝘳𝘶𝘬 𝘥𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘦𝘮 𝘭𝘢𝘨𝘪"

Sultan sebelumnya menerima bintang "Orde Jade" dari Tiongkok.

Dalam perjalan kembali ke Djokjakarta 21 Oktober 1939, kesehatan Sultan memburuk.

Dan saat kereta mencapai Wates beliau sudah tidak sadar.

Sesampai di Djokja langsung dibawa ke Onder de Bogen Hospital (Panti Rapih) tetapi pada 22 Oktober 1939 beliau wafat.

Jenazah dibawa ke kraton dan dengan upacara sesuai tradisi raja Mataram dibawa dengan Rata Pralaya melalui Plengkung Gading ke Imogiri.

Catatan kaki

* 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑙 𝐽𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑖𝑡𝑢 (1939) 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑢𝑜𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 (𝑅𝑒𝑝𝑢𝑏𝑙𝑖𝑐 𝑜𝑓 𝐶ℎ𝑖𝑛𝑎) 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑛𝑎𝑠𝑡𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑄𝑖𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 1911. 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑘 1949 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑖𝑣𝑖𝑙 𝑤𝑎𝑟 𝑅𝑂𝐶 𝑘𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑃𝑎𝑟𝑡𝑎𝑖 𝐾𝑜𝑚𝑢𝑛𝑖𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑜𝑝𝑙𝑒'𝑠 𝑅𝑒𝑝𝑢𝑏𝑙𝑖𝑐 𝑜𝑓 𝐶ℎ𝑖𝑛𝑎/𝑃𝑅𝐶 ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑘𝑖𝑛𝑖. 𝑆𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛 𝑅𝑂𝐶 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖 𝑘𝑒 𝑃𝑢𝑙𝑎𝑢 𝐹𝑜𝑟𝑚𝑜𝑠𝑎
𝑚𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑇𝑎𝑖𝑤𝑎𝑛.

**𝑆𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑢𝑟𝑢𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑑𝑖 𝑔𝑜𝑎2 𝑐𝑢𝑟𝑎𝑚 𝑑𝑖 𝑃𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐺𝑢𝑛𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑑𝑢𝑙 (𝑅𝑜𝑛𝑔𝑘𝑜𝑝/𝐺𝑖𝑟𝑖𝑠𝑢𝑏𝑜) 𝑑𝑎𝑛 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑘𝑎𝑠 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑉𝑜𝑟𝑡𝑒𝑛𝑙𝑎𝑛𝑑𝑒𝑛 𝐽𝑎𝑤𝑎 𝑇𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑝𝑒𝑟𝑡𝑖 𝐾𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔𝑏𝑜𝑙𝑜𝑛𝑔, 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑚𝑒𝑛.
𝐿𝑒𝑛𝑔𝑘𝑒𝑛𝑔/𝑘𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑒𝑛𝑔 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚 𝑑𝑖 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐾𝑒𝑑𝑜𝑒 𝑑𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑚𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔.

Terkait
Sumber Referensi Cerdas | Beragam Informasi Unik dan Berani
Copyright ©2024 bearita.com All Rights Reserved