Ternyata Fakta Ekonomi itu Kejam, Kenapa Bisa Begitu? Begini Penjelasannya

karena dunia itu aslinya memang kejam. Tidak adil. Tidak merata. Tidak seimbang, Tidak seindah harapan kita semua.

Ilmu ekonomi sebenarnya hanya menggambarkan "kekejaman" tersebut dalam angka, grafik atau tabel. Tidak menambah atau pun mengurangi. Memotret kenyataan apa adanya.

Itulah mengapa ilmu ekonomi sampai disebut sebagai dismal science. Ilmu yang menyedihkan, gelap.

Makanya para ekonom seperti saya ini biasanya dianggap 'dingin' dan tidak berperasaan.

Buat kami, misalnya, pernikahan adalah sebuah pasar (market).

Di dalam pasar tersebut, ada ribuan/jutaan orang yang saling mencari pasangan. Oleh karena itu, banyak sekali potensi kombinasi yang mungkin terjadi. Salah satu kombinasi yang optimal adalah ketika wanita cantik berpasangan dengan pria kaya.

Contoh lain. Prostitusi bagi kami hanyalah sebuah fenomena supply dan demand belaka.

Selama ada demand, ya akan ada supply. Ketika demand melonjak (mis. akhir pekan atau liburan), ya harga akan naik. Di sisi lain, ketika supply melonjak karena gerakan feminisme, harga turun.

Belajar ilmu ekonomi memang bikin depresi. Dunia jadi terlihat kejam (padahal kan memang kejam….).

Belum lama ini saya menulis bahwa sulit bagi orang miskin untuk jadi orang kaya di Indonesia. Saya tunjukkan bukti empirisnya.

Tapi ada saja yang tidak terima. Dan saya yakin banyak yang seperti dia.

Mereka ini ingin dengar yang indah-indah. Mereka ingin diberi harapan. Bahwa anak miskin bisa jadi orang kaya. Mereka suka sekali cerita-cerita bertema from rags to riches seperti Indra Kenz atau Doni Salmanan.

Makanya kelas training motivasi selalu laku. Motivator dielu-elu. Kalau ke toko buku, jenis buku terlaris adalah buku motivasi. Sementara buku ekonomi jarang dibeli.

sumber: quora