Belajar Menanam Pohon dari Pak Kosim

Tokoh

Pak Kosim, Aktivis Lingkungan (foto: Arbani)

Penulis:Bearita.com

Pak Kosim. Begitu beliau kerap disapa. Seorang tokoh aktivis lingkungan yang bertempat tinggal di jalan Kosim, Desa Hinas Kiri, Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan (Kalsel).

Diumurnya yang lumayan senja, ia tetap konsisten menjaga alam Meratus dari potensi kerusakan dengan menggalakkan penanaman pohon. 

Oleh: Arbani

Setidaknya sejak 2001 hingga 2021 dirinya telah menanam, membagikan dan menjual bibit pohon sebanyak hampir 14 juta batang. Sejumlah perhargaan pun ia dapatkan berkat konsistensinya menjaga alam Meratus.

Diantaranya, penghargaan Anugerah Puspawana dari Kesultanan Banjar sebagai Penjaga Pegunungan Meratus dan penghargaan penyuluh kehutanan swadaya masyarakat (PKSM) terbaik nasional diajang Wana Lestari 2021 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutan. 

Penghargaan itu bagi pak Kosim tidak terlalu berarti. Ia sendiri tidak pernah terpikir, apalagi memikirkan untuk mendapatkan penghargaan. Baginya, yang terpenting adalah memberi kontribusi secara nyata. Toh percuma penghargaan tanpa ada perbuatan nyata di lapangan.

Begitu yang penulis dengar, ketika pertama kali bertemu beliau pada akhir Januari 2022 lalu pada saat pengabdian masyarakat Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Antasari Banjarmasin di desanya.

Bersama beliau dan sejumlah mahasiswa magang dari Universitas Lambung Mangkurat, penulis diajak untuk melakukan penanaman pohon disepanjang jalan menuju desa Hinas Kiri yang rawan longsor, Senin (27/01/2022) lalu.

Setidaknya kurang lebih 90 bibit pohon Kalangkala dan Rambutan Hutan kami tancapkan di lereng jalan Desa Hinas Kiri hingga Desa Atiran yang berdampingan sungai. Bibit pohon tentunya hasil produksi beliau sendiri. Pada saat kegiatan inilah penulis belajar bagaimana menanam pohon yang baik dari pak Kosim.

Runut saja. Pak Kosim yang bukan sekadar aktivis lingkungan, melainkan juga seniman yang handal membuat puisi itu, sebelum melakukan penananam mengajak kami bersama membacakan puisinya yang berjudul 'Gersang'. Puisi yang ia rangkai di atas kegelisahannya saat melihat hutan Meratus yang mulai gundul akibat eksploitasi kayu hutan besar-besaran. Bait-bait puisinya begitu indah menggambarkan keadaan bumi Meratus yang mulai gersang. 

Untuk diketahui, selain puisi "Gersang" ratusan puisi bertema lingkungan, hutan dan Pegunungan Meratus telah dibuat pria kelahiran Ciamis Jawa Barat yang memilih menetapkan di desa terpencil pedalaman Meratus Kalsel sejak puluhan tahun lalu.

Usai membaca puisi, pak Kosim memberikan pengarahan kepada kami. Beliau memaparkan tujuan dari menanam pohon ini. Katanya, menanam pohon ini untuk mencegah erosi, mencegah banjir, dan memperbanyak oksigen. 

Tiga hal ini memang sangat penting demi keberlangsungan hidup manusia. Kuncinya, ada pada pohon. Maka, tak heran kiranya pak Kosim seperti yang saya sebutkan diawal selalu konsisten melakukan penananam pohon khususnya di wilayah pegunungan Meratus--meskipun kadang mendapat cemooh. Apalagi Meratus dikenal sebagai paru-paru dunia. Menjaganya berarti sama dengan menjaga kehidupan seluruh dunia.

Pria Sunda yang mempersunting perempuan Dayak itu kemudian juga mengingatkan kami agar tidak lupa menanam pohon dengan niat diwakafkan untuk siapa yang ingin mengambil manfaat dari pohon-pohon yang ditanam. "Dengan begitu menjadi amal jariyah bagi kita yang menanamnya," ujarnya.

Pak Kosim menggambarkan, bayangkan saja, pohon yang ditanam tumbuh subur dan berbuah pasti akan memberikan manfaat yang banyak dan pahala yang banyak pula bagi penanamnya. Akarnya menguatkan tanah artinya mencegah potensi bencana longsor dan menghindarkan manusia dari bahaya. Buahnya dapat dimakan ataupun dijual oleh siapa saja artinya dapat meningkatkan kesahatan dan manambah penghasilan manusia. 

Belum lagi binatang yang juga mungkin memakan buah dan bersarang di sana. Tak habis sampai di situ, daun pohon itu tentu memproduksi oksigen yang sangat dibutuhkan manusia dan hewan untuk bernapas. Kalau dikalkulasikan tentu dari pohon ini banyak sekali pahala yang kita dapatkan.

Setelah memberikan pengarahan, pak Kosim kemudian mencontohkan cara menanam bibit pohon. "Bibit di polybag yang sudah keluar akarnya cukup di bagian bawahnya saja dirobek. Apabila belum keluar, maka robek setengah," jelas pria yang sering dicap kurang waras karena menanam pohon dan mencari inspirasi membuat karya puisi di hutan. 

Terkait
Sumber Referensi Cerdas | Beragam Informasi Unik dan Berani
Copyright ©2024 bearita.com All Rights Reserved