Bagaimana Jika Tidak Bisa Melakukan Puasa 6 hari di Bulan Syawal?

Religi

Ilustrasi

Penulis:Bearita.com

Ada beberapa hal yang harus kita ketahui di pembahasan ini;

• Pertama, mengqadha ibadah sunnah yang terlewatkan karena udzur ialah kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ sebagai petunjuk bagi umatnya. 

Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata, 

وكان إذا فاته من نوافله قضاه كما كان يقضي ما فاته من سنن الصلاة وما فاته من قيام الليل بالنهار فكان إذا دخل شعبان وعليه بقية من صيام تطوع لم يصمه قضاه في شعبان حتى يستكمل نوافله قبل دخول رمضان

"Apabila Nabi Muhammad ﷺ terlewatkan dari amalan-amalan sunnahnya, maka beliau menqadhanya, beliau pernah;

- mengqadha shalat-shalat sunnah yang terlewatkan, 
- dan mengqadha shalat malam dan dilakukan di siang hari. 

Apabila memasuki bulan Sya'ban dalam kondisi masih memiliki puasa sunnah yang belum dikerjakan, maka Nabi Muhammad ﷺ menqadhanya di bulan Sya'ban, sehingga sempurnalah seluruh puasa sunnah beliau sebelum masuknya Ramadhan." (Latha-if al-Ma'arif, hlm. 134)

• Contoh lainnya ialah;

- Nabi Muhammad ﷺ pernah terlewatkan dari ibadah iʼtikaf di sepuluh hari terakhir Ramadhan, sehingga di sepuluh hari pertama bulan Syawal beliau beri'tikaf sebagai qadha [H.R. Al-Bukhari (2033) dan Muslim (1173)].

- Apabila terlewatkan shalat malam (shalat malam beliau paling sering sebelas raka'at) karena sakit atau tertidur, maka beliau mengqadhanya di siang hari sejumlah dua belas raka'at [H.R. Muslim (746)]. 

• Maka dari sini, jika seseorang terlewatkan puasa enam karena suatu udzur atau halangan, disyariatkan baginya untuk mengqadhanya di bulan Dzulqaʼdah. 

☑️ Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Siʼdi rahimahullah_ pernah ditanya, 

إذا صام ستة أيام من شوال في ذي القعدة ، فهل يحصل له الأجر الخاص بها؟

“Apabila ada yang berpuasa 6 hari dibulan Syawal tapi pada bulan Dzulqaʼdah, apakah dia mendapatkan pahala khususnya [berpuasa setahun penuh]?” 

✅ Beliau menjawab, 

أما إن كان له عذر من مرض أو حيض أو نفاس أو نحو ذلك من الأعذار التي بسببها أخر صيام قضائه أو أخر صيام الست ، فلا شك في إدراك الأجر الخاص ، وقد نصوا على ذلك. وأما إذا لم يكن له عذر أصلا ، بل أخر صيامها إلى ذي القعدة أو غيره فظاهر النص يدل على أنه لا يدرك الفضل الخاص ، وأنه سنة في وقت فات محله

“Apabila disebabkan udzur seperti sakit, haid, nifas, atau yang semisal sehingga puasa qadha atau puasa enamnya jadi terlambat, maka tidak diragukan bahwa dia mendapatkan keutamaan khusus tersebut [pahala berpuasa setahun]. Dan para ulama telah menegaskan hal ini. 

Adapun jika tidak memiliki udzur dan dia menunda pelaksanaan puasa enam hingga bulan Dzulqaʼdah atau bulan lainnya; maka dari dalil yang ada, nampaknya ia tidak mendapatkan keutamaan khusus itu lagi, karena puasa enam adalah sunnah dan telah lewat waktunya.” (Al-Fatawa as-Siʼdiyyah, hlm. 230)

✍ Hari Ahadi (NasehatEtam)

Terkait
Sumber Referensi Cerdas | Beragam Informasi Unik dan Berani
Copyright ©2024 bearita.com All Rights Reserved