Apakah Orang Indonesia Tubuhnya Pendek Karena Dijajah Belanda?

Unik

Foto orang Indonesia pada zaman kolonial Belanda

Penulis:Bearita.com

Sebenarnya fisik orang Indonesia dijaman penjajahan Belanda malah termasuk medium, jadi tidak masuk kategori pendek.

Malahan postur orang Indonesia lebih tinggi daripada orang Jepang saat itu, itulah kenapa saat pendudukan Jepang (1942–1945) di Indonesia, orang-orang menyebut serdadu Jepang dengan sebutan "Kate" (pendek) yang menandakan fisik orang Indonesia saat itu rata-rata lebih tinggi dari orang-orang Jepang.

Belum lagi tentang ramalan Joyoboyo juga yang menyebut "Nusantara akan dikuasai bangsa kate selama seumur jagung".

img

Berbanding terbalik dengan sekarang, kini penduduk Jepang tidak bisa lagi dikatakan orang-orang Kate.

Orang-orang Jepang masa kini tumbuh berkembang menjadi orang yang jauh lebih tinggi dari para pendahulunya.

Bangsa Jepang kini memiliki postur tubuh yang tidak terlalu jauh dengan tinggi badan orang-orang Barat yang dikenal memiliki bentuk fisik yang tinggi.

Rata-rata orang Jepang kini memiliki tinggi badan 170.7 cm dengan wanitanya 158 cm. Sedangkan Indonesia? Indonesia menempati peringkat pertama dengan prestasi negara dengan populasi penduduk paling pendek didunia.

Terus, apakah ras mempengaruhi fisik seseorang?

Sebagian orang mungkin merasa tak beruntung terlahir di Indonesia. Secara fisik, orang Indonesia yang termasuk ras Mongoloid memiliki tubuh lebih pendek dari ras lainnya. Ras Kaukasoid, misalnya, dikenal dengan ciri fisik yang lebih besar.

Jadi benar ras berpengaruh ?

Ras tidak berpengaruh kepada pertumbuhan fisik manusia. Hal itu lebih dipengaruhi dengan asupan makanan dan minuman selama pertumbuhan anak.

Diketahui bahwa pertumbuhan tinggi badan tidak selalu ditentukan oleh genetika, namun juga oleh asupan gizi.

Nutrisi dan lingkungan tempat berkembang anak mempengaruhi pertumbuhan, baik pertumbuhan otak ataupun tinggi badan.

Oleh karena itu tidak heran bangsa yang dulunya pendek bisa bertambah tinggi seiring dengan kemakmuran dan kesehatan bangsanya.

Penelitian terakhir dilakukan di tahun 2017 oleh WHO

Indonesia pada tahun 2015 merupakan Negara dengan angka stunting tertinggi di dunia Setelah Laos. Bahkan dua tahun sebelumnya di tahun 2013, prevalensi balita stunting di Indonesia sama dengan di Ethiophia, sekitar 37.8%.

Pada tahun 2017 terdapat penurunan prevalensi balita stunting di Indonesia, namun masih tinggi (29.6%).

Selanjutnya pada tahun 2019 terdapat perbaikan, angka stunting turun menjadi lagi menjadi 27.67%.

Padahal rekomendasi WHO untuk mendapatkan tingkat kesehatan masyarakat yang makin baik, angka stunting harus ditekan di bawah 20%.

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Terkait
Sumber Referensi Cerdas | Beragam Informasi Unik dan Berani
Copyright ©2024 bearita.com All Rights Reserved