7 Pesan Pangeran Antasari Dalam Membangkitkan Semangat Juang Pasukan

Tokoh

Pahlawan Nasional Pangeran Antasari

Penulis:Bearita.com

Tepat 159 tahun sudah Pahlawan Nasional Pangeran Antasari wafat, tepatnya pada 11 Oktober 1862 silam.

Pejuang perang Banjar ini adalah bukti bahwa masyarakat tanah Kalimatan Selatan dan Kalimantan Tengah adalah bangsa pejuang melawan penjajah Belanda.

Setidaknya ada tujuh pesan penting Pangeran Antasari dalam memimpin yang membangkitkan api semangat juang pasukan, patut diketahui.

Campur Tangan Belanda di Kerajaan Banjar

Pangeran Antasari lahir pada tahun 1797 (sumber lain menyebutkan 1809) di Kayu Tangi, Kesultanan Banjar. Beliau adalah keluarga Kesultanan di Banjarmasin kala itu, tetapi hidup dan dibesarkan di lingkungan Istana Antasan Martapura.

Pangeran Antasari adalah cucu Pangeran Amir yang gagal naik tahta pada tahun 1785. Sosok Pangeran Antasari tidak hanya dianggap sebagai pemimpin Suku Banjar.

Pangeran Antasari juga merupakan pemimpin Suku Ngaju, Maanyan, Siang, Sihong, Kutai, Pasir, Murung, Bakumpai dan beberapa suku lainnya yang berdiam di kawasan dan pedalaman atau sepanjang Sungai Barito, baik yang beragama Islam maupun kepercayaan Kaharingan.

Kericuhan-kericuhan yang terjadi di dalam istana menjadikan cicit dari Sultan Aminullah ini tersisih, walaupun ia sebenarnya adalah pewaris tahta Kesultanan Banjar.

Kericuhan yang terjadi di kalangan istana itu diketahui dan dimanfaatkan oleh Belanda untuk campur tangan dalam menyelesaikan persoalan yang ada.

Belanda siap membantu untuk menyelesaikan kericuhan dan pemberontakan yang ada di Kesultanan Banjar dengan catatan ada imbalan yang harus diberikan kepada Belanda.

Ditambah polemik yang terjadi, setelah Sultan Hidayatullah ditipu Belanda dengan terlebih dahulu menyandera Ratu Siti, Ibunda Pangeran Hidayatullah dan kemudian diasingkan ke Cianjur.

Sejak itulah sedikit demi sedikit Belanda ikut dalam masalah di Kesultanan Banjar dan akhirnya dapat mengusai daerah Banjar baik secara pemerintahan maupun kekuasaan wilayah dengan mengeruk berbagai tambang yang ada di bumi Banjar.

Menyatukan Pemberontakan Melawan Belanda, Pemimpin Ahli Bergerilya

Hal inilah yang menimbulkan pemberontakan dari rakyat setempat kepada Belanda, karena telah dianggap berlaku semena-mena terhadap rakyat kecil. Beberapa pemberontakan yang terjadi diantaranya adalah :

Di Banua Lima, yakni daerah Negara, Alabio, Sungai Bouna, Amuntai dan Kelua yang dipimpin oleh Jalil.

Di Muning, dibawah pimpinan Alim yang menobatkan dirinya sebagai Sultan dengan nama Penambahan Muda dan diikuti pula oleh anaknya yang bernama Sambang dan anak perempuannya yang bernama Saranti ( yang kelak nantinya menjadi isteri Pangeran Antasari ).

Di Tanah Laut dan Hulu Sungai dipimpin oleh Demang Lehman.

Di Kapuas Kahayan di bawah pimpinan Tumenggung Surapati.

Gerakan-gerakan itu sebenarnya menghendaki agar yang berkuasa adalah Pangeran Hidayat sesuai dengan amanat Sultan Adam sebagai penguasa terdahulu.

Karena yang berkuasa saat itu adalah Pangeran Tamjidillah yang merupakan kaki tangan Belanda dan mendapat dukungan dari Belanda serta banyak melakukan tindakan yang merugikan rakyat.

Karena gerakan ini dilakukan secara sendiri-sendiri, sehingga sering menemui kegagalan dalam perjuangannya. Barulah pada saat Pangeran Antasari yang diutus oleh Pangeran Hidayat yang waktu itu sebagai Mangkubumi untuk menyelidiki gerakan-gerakan itu untuk dipersatukan.

Pangeran Antasari merasa perjuangan para pemberontak sama dengan perasaan jiwa yang ada pada dirinya. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Pangeran Antasari untuk menggalang kekuatan secara bersama-sama dengan para pemberontak bersatu melawan Belanda.

Maka sejak itu perjuangan rakyat Banjar ditengah kondisi krisis dilanjutkan oleh Pangeran Antasari sebagai salah satu pemimpin rakyat yang penuh dedikasi maupun sebagai sepupu dari pewaris kesultanan Banjar Pangeran Hidayatullah.

Seluruh rakyat, para panglima Dayak, pejuang-pejuang, para alim ulama dan bangsawan-bangsawan Banjar dengan suara bulat mengangkat Pangeran Antasari menjadi “Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin”, yaitu pemimpin pemerintahan, panglima perang dan pemuka agama tertinggi.

Pada tanggal 28 April (sumber lain menyebutkan 25 April) tahun 1859, Benteng Belanda di Pangaron, Kabupaten Banjar adalah yang pertama diserbu pasukan rakyat Banjar. Sejak itu Pangeran Antasari sering melakukan perlawanan terhadap Belanda.

Pangeran Antasari adalah salah satu Pejuang yang ahli dalam perang gerilya di pedalaman Kalimantan, beliau adalah pemimpin yang ulet, tabah dan berwibawa serta memiliki kekuatan batin untuk mengikat para pengikutnya kepada tujuan yang mulia. Pangeran Antasari adalah pemimpin yang tidak mementingkan diri sendiri dalam berjuang melawan Belanda.

Tak habis pikir, Belanda berusaha membujuk Pangeran Antasari untuk berdamai dan memberikan ampunan. Tetapi Pangeran Antasari menolak, bahkan beliau mengirimkan surat kepada Geza Hebber (penguasa) di Muara Bahau (Bakumpai) yang isinya menolak semua keinginan Belanda. Secara tegas, Pangeran Antasari sadar dan percaya bahwa semua itu hanyalah tipu muslihat Belanda saja.

Pesan Pangeran Antasari

Dalam kepemimpinannya, ada tujuh pesan penting yang digaungkan kepada pejuang.

1. Haram Manyarah Waja sampai Kaputing

Semboyan tersebut bermakna haram hukumnya menyerah kepada musuh, tekat tak tergoyahkan, perjuangan yang ulet dan tabah sampai akhir, hingga kemenangan diraih. Semboyan itu juga diamanatkan almarhum kepada keturunan beliau, termasuk warga Banjar, Kalsel.

2. Lamun Tanah Banyu Kita Kada Handak di Lincai Urang, Jangan Bacakut Papadaan Kita

Maksud pesan ini yaitu jika tanah air tidak ingin dijajah/diambil orang, maka jangan mau diadu domba bertengkar sesama warga sendiri.

3. Lamun Handak Tulak Manyarang Walanda, Baikat Hati di Tali Sindat

Pemerhati Kebudayaan Banjar, Datuk Cendekia Kesultanan Banjar, Taufik Arbain menerangkan, maksud pesan ketiga Pangeran Antasari itu adalah sebuah tekat yang kuat berjihad di jalan Allah atau Fii Sabilillah melawan penjajah Belanda.

“Mengapa Pangeran Antasari mengumandangkan itu, karena cara yang mempengaruhi emosial nuansa kebatinan orang-orang Banjar melawan Belanda itu kecuali Jihad Fii Sabilillah,”ujarnya.

4. Jangan Mati Paharatan Bukah, Matilah Kita di Jalan Allah

Taufik mengatakan, pesan Pangeran Antasari ini menegaskan bahwa pasukan Banjar tidak akan mundur dalam peperangan dan tidak takut mati di tangan Belanda.

5.Siapa Nang Babaik-baik Wan Walanda, Tujuh Katurunan Kahada Aku Sapa

Pangeran Antasari menyatakan sikap agar para rakyat tidak tergiur bujuk rayu Belanda, bahkan beliau bersumpah tidak akan menyapa bagi yang berkhianat.

6. Amun Kita Sudah Sapakat Handak Mahinyik Walanda, Janganlah Walanda Diberi Muha. Badaras Pagat Urat Gulu Amun Manyarah Kahada

Taufik Arbain menerangkan, komitmen bulat Pangeran Antasari untuk melawan dan mengusir penjajah Belanda tanpa ampunan sedikit pun. Walaupun dalam perjuangan kalah jua, Pangeran Antasari menyatakan tak menyerah meski taruhannya nyawa.

Masyarakat Banjar, ujarnya, harus menyadari dan berbangga dengan peperangan yang dikumandangkan Antasari kepada Belanda.

“Sebab Pangeran Antasari lah adalah salah satu rangkaian tanpa menampik para pejuang lain menjadikan bangsa Banjar ini sebagai bangsa pejuang dan bangsa pahlawan,” ujarnya yang juga sebagai Staf Khusus Gubernur Kalsel.

7. Haram Dijamah Walanda, Haram Diriku Dipanjara. Haram Negeriku Dijajah

Pangeran Antasari menegaskan dirinya anti Belanda. Beliau mengharamkan dirinya ditangkap Belanda dan terus melakukan perlawanan secara bergerilya hingga membuat penjaga kewalahan. Beliau juga menyatakan, enggan negeri tanah Banjar dan Nusantara dijajah Belanda.

Itulah pesan-pesan penting Pangeran Antasari yang menjadi api semangat perlawanan rakyat Banjar setelah beliau wafat tanggal 11 Oktober 1862 di kampung Bayan Begok akibat wabah penyakit cacar yang pada saat itu sedang ganas ganasnya.

“Yang disampaikan Pangeran Antasari itu tidak sebatas kepada pejuang sezamannya. Tetapi juga turun pada zaman-zaman keturunannya yakni Sultan Muhammad Seman dan Gusti Muhammad Arsyad,” tandasnya Taufik Arbain.

Makam Pangeran Antasari

Amanat Pangeran Antasari Terus Bergelora

Pada peringatan wafatnya Pangeran Antasari ke 159, Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor menyampaikan semua kalangan perlu mewarisi nilai-nilai juang para pahlawan yang tentunya memberikan pembelajaran yang baik atau tuntunan dalam kehidupan bernegara dan berbangsa.

“Itu yang harus kita warisi dalam kita menghadapi persoalan negara, pemerintahan, sosial kemasyarakatan, apa saja. Semangat itu yang harus diwarisi,” pesan gubernur akrab disapa Paman Birin di Makam Pahlawan Nasional Pengeran Antasari di Komplek Malkon Temon, Rabu (Senin 11/10/2021).

Selain itu, pesan-pesan yang diamanatkan Pangeran Antasari ujarnya, senantiasa relevan dengan kehidupan saat ini. Semangat seperti Haram Manyarah, Waja Sampai Kaputing. Atau Jangan Bacaut Papadaan, perlu jadi pegangan.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Selatan, Siti Nuryani mengatakan, peringatan wafatnya Pangeran Antasari yang rutin dilaksanakan setiap tahun adalah bentuk penghargaan kepada pejuang Banjar. Menurutnya, banyak pelajaran yang dapat dipetik dari sosok Pengeran Antasari.

“Beliau selalu berpesan ingat kepada Allah subhanahu wa taala, dan Haram Manyarah Waja sampai Kaputing. Itu pesan yang paling krusial di masa sekarang,” pungkasnya.

Pangeran Antasari dinobatkan menjadi Pahlawan Indonesia pada 27 Maret 1968 berdasarkan keputusan presiden Nomor : 06 / TK / Tahun 1968.

sumber: klikkalsel

Terkait
Sumber Referensi Cerdas | Beragam Informasi Unik dan Berani
Copyright ©2024 bearita.com All Rights Reserved