HATI-HATI! Beberapa Jenis Modus Penipuan di Bangkok Thailand

Saya membuat kesalahan dengan langsung berkata, "I want one of this. How much?"

Embak penjual langsung membakar cumi saya! Tanpa menjawab pertanyaan saya tentang harganya terlebih dahulu. Baru setelah dia dalam proses pertengahan membakar cumi saya, dia bertanya ke orang lain (seperti anak kecil, entah siapa. Mungkin bosnya? Pemilik stand-nya?) Lalu ia menjawab "100 baht (sekitar 50.000 rupiah)".

Waduh. Kaget. Mahal sekali. Padahal pada sate lainnya ada tulisan harganya dan tidak sampai 100 baht. Memang hanya sate cumi itu saja yang tidak ada harganya. Ugh kesal.

Ketika penjualnya menjawab 100 baht, dia dan bos anak kecil itu saling tatap menatap penuh arti. Bahkan saat bosnya menjawab 100 baht, si embak yang membakar cuminya agak terdiam sejenak. Penjual di sebelahnyapun juga ikut bertatapan penuh arti. Cukup menyebalkan.

Ketika itu saya tahu sekali bahwa saya sedang dikerjai. Ya sudah dengan terpaksa saya ikhlaskan saja 100 baht saya. Untuk 1 potong sate cumi.

Barusan saya search harganya 70 baht. Berarti dia cuan 30 baht lebih dari harga pasaran. Baiklah.

Entah ini salah satu modus penipuan terhadap turis yang "polos" atau strategi mendapatkan cuan yang baik. Satu yang jelas, saya menyesal membeli cumi itu.

Jangan pernah minta tolong foto dengan seseorang dengan kostum apapun di tempat yang biasanya banyak turis, hanya karena kostumnya unik, lucu yang ujung-ujungnya ya itu, minta duit, rata-rata 100 baht. Kalau dengan bencong pakai kostum terbuka malah bisa lebih mahal lagi.

Pernah juga ada yang kena tipu, dia bule sebelahku, jadi aku beli gorengan sate setelah turun dari dermaga yang menuju Wat Arun, terus aku beli dan list harganya di gerobak depan pake papan, si penjual notice aku dan kakak adekku sudah liat list harga, per tusuk 30–50 Bath, dan kita gak sengaja berdiri di depan papan list harga itu, lalu ada segerombol bule datang dan juga mau beli, mereka bertanya berapa harganya dan dijawab penjualnya 70 Bath.

Wah pokoknya intinya harus waspada sih, lebih baik lagi kalau kita paham sedikit-sedikit bahasa tempat kita belibur.

Pengalaman diatas diceritakan oleh Asnita Novi, Albert Linardy dan Miranti Sukmajati di platform tanya-jawab quora.