Kopi Rempah Sambung Oyot, Mengembalikan Kejayaan Nusantara

Ekonomi

Penulis:Bearita.com

Pelanggan Kopi Rempah Sambung Oyot hampir merata di semua kalangan, namun di kelompok-kelompok pengajian dan aktor budaya, pemasarannya lebih cepat.

Bearita.com - Kondisi pandemi coronavirus tak membuat patah arang Ely Zulfitri untuk berinovasi dengan kopi. Ia melihat kondisi keluarga dan lingkungan sekitar, muncul ide membuat Kopi Rempah.

“Berawal dari kondisi suami yang sedang sakit, muncul ide untuk membuat kopi racikan sendiri”, tutur Elly. Suaminya suka begadang, minum kopi dan merokok. Susah diingatkan agar menambah jam tidur daripada begadang.

Karena tidak ingin menghilangkan kebiasaan suaminya yang konon dikenal sebagai praktisi tasawuf di Jawa Timur, maka timbul ide membuat kopi rempah. "Ngopi dan begadang tetap saling melengkapi dan sehat," imbuhnya.

Kopi rempah ini bernama Sambung Oyot. Terinspirasi dari terjemahan bahasa arab yang berarti silaturrohim.

Dan makna lainnya adalah mengumpulkan akar-akar yang berserakan atau istilah dalam bahasa Jawa, mengumpulkan tulang-tulang (balung; Jawa) yang terpisah.

Hidup guyub rukun dan mengurai persoalan dengan minum kopi bersama-sama. Begitulah kira-kira filosofinya.

Yang membedakan dengan jenis kopi lainnya, kopi ini ada campuran rempah. Dengan komposisi Kopi Robusta, kapulogo, jinten, jahe merah, cengkeh dan kayu manis. Amat berkhasiat untuk pemeliharaan kesehatan.

Apalagi produk ini sudah menyandang ijin usaha PIRT dan berlokasi di Dusun Balung Biru Rt.02/03, Desa Balung Besuk, Kecamatan Diwek, Jombang, Jawa Timur.

Kopi rempah Sambung Oyot bisa diseduh tergantung selera. Anda bisa menambahkan gula pasir atau aren untuk menambah kenikmatan tersendiri. Tapi bagi anda yang sakit diabetes, kopi rempah sebaiknya diseduh tanpa gula. Rasanya tetap enak.

Pelanggan Kopi Rempah Sambung Oyot hampir merata semua kalangan, namun di kelompok-kelompok pengajian pemasarannya lebih cepat. Sekarang selain di Jombang sudah tersebar pelanggan, terutama aktor-aktor budaya, seperti Ki Ardi dalang wayang kulit dari Malang, jama'ah rutinan Kaji Kemping Blimbing malang, serta ada juga Reseller yang tersebar di daerah-daerah lainnya.

Sekali produksi dengan takaran kopi 5 (lima) kilogram menghasilkan sekitar 80 (delapan puluh) bungkus. Kondisi pandemi seperti ini terasa dampaknya pada penjualan. Meski bisa stabil di produksi, namun omset berkurang.

"Semoga kondisi pandemi ini terlewati, dan penjualan kami menjadi stabil lagi bahkan bisa lebih besar. Kedepan kami ada angan-angan untuk mengekspor produk ini, karena ingin mengulang kejayaan rempah-rempah nusantara", kata Ely Zulfitri.

Meski belum pernah mengikuti ajang lomba tema kopi baik di dalam maupun luar negeri atau bahkan mengikuti pameran, Ely Zulfitri optimis produk Kopi Rempah Sambung Oyot bisa diterima semua lapisan masyarakat. "Cita rasa khas Nusantara adalah kunci kenikmatan," pungkas Ely. (*)

Penulis: Ori Wardana

Editor: Anom Surya Putra

Terkait
Sumber Referensi Cerdas | Beragam Informasi Unik dan Berani
Copyright ©2024 bearita.com All Rights Reserved