Daftar Makanan Favorit Raja-raja Nusantara Zaman Dahulu

Food

Ilustrasi Rajamangsa

Penulis:Bearita.com

Di artikel ini kita akan membahas makanan kegemaran raja serta bangsawan sebelum pengaruh Islam di Jawa. Makanan yang disukai raja-raja di nusantara, khususnya Jawa, sebelum berpindah agama ke Islam jelas bermacam-macam.

Berdasarkan informasi dari prasasti dari zaman Medang (Mataram Kuno), makanan kegemaran raja disebut Rajamangsa.

Makanan ini berbahan dasar hewani yang meliputi babi, kambing, kerbau, burung, rusa, penyu, madu, Ikan, telur, domba, anjing dan lain sebagainya. Selain itu juga terdapat makanan nabati.

Makanan yang disebut pada masa Mataram Kuno yang digemari raja dan bangsawan di antaranya sebagai berikut.

Lukisan tradisional Bali dari abad ke-18 Masehi di Paviliun Bale Kambang

Lukisan tradisional Bali dari abad ke-18 Masehi di Paviliun Bale Kambang Istana/Puri Klungkung yang memperlihatkan proses cara memasak babi.

  1. Asu tugel: makanan dari anjing yang dikebiri,
  2. Karung pulih: makanan dari babi yang dikebiri,
  3. Wedus gunting: makanan kambing muda,
  4. Karung pjahaninarajakini: makanan babi hasil buruan raja,
  5. Iwak taluwah: makanan ikan,
  6. Badawang: makanan dari penyu,
  7. Deng Asin: makanan dari daging yang diasinkan,
  8. Daing Kadiwas: makanan ikan yang dikeringkan,
  9. Harang-harang: makanan yang dipanggang,
  10. Rarawwan: rawon,
  11. Rurujak: rujak,
  12. Kuluban: lalapan
  13. Skul Dinyun: nasi liwet,
  14. Skul Dandananihiniru: nasi yang dimasak dalam dandang dan dikukus,
  15. Skul Matiman: nasi tim,
  16. Skul Paripurna: nasi tumpeng.

Makanan raja dan bangsawan pada masa lalu juga menjadi pembeda dengan rakyat jelata.

Pada masa Majapahit sebagaimana disebutkan Kakawin Nagarakertagama/Dasawarnana terdapat pantangan bagi raja dan aristokrat untuk makan anjing hutan/liar, cacing, tikus, keledai dan katak.

Hal itu karena makanan tersebut biasanya dinikmati oleh rakyat jelata yang juga memakan berbagai jenis serangga dan ulat. Pada masa para raja dan bangsawan Jawa memeluk agama Islam, tentu makanan disesuaikan dengan kehalalan. Para raja dan bangsawan di Jawa tidak lagi memakan babi dan anjing.

Makanan raja berbahan dasar ikan, sayuran, dan daging yang diukir di relief Ramayana Candi Prambanan.

Makanan raja berbahan dasar ikan, sayuran, dan daging yang diukir di relief Ramayana Candi Prambanan.

Sementara itu minuman yang disukai oleh raja antara lain tuak, arak dan brem yang disajikan dengan hidangan rajamangsa. 

Raja dan bangsawan di Jawa memang sudah sejak dahulu menyukai minuman alkohol. Hal ini bertahan sampai masa Hindia-Belanda di mana raja sudah memeluk agama Islam. Salah satu contohnya adalah Sri Sunan Pakubuwana X yang menyukai minuman champagne sementara para bangsawan Jawa juga gemar minum tuak saat acara tayub.

Bapak-bapak minum tuak Tuban. Tuak Tuban merupakan warisan dari minuman Majapahit yang digemari kalangan raja, bangsawan dan rakyat jelata. Tuak Tuban ini berbahan baku lontar/siwalan.

Bapak-bapak minum tuak Tuban. Tuak Tuban merupakan warisan dari minuman Majapahit yang digemari kalangan raja, bangsawan dan rakyat jelata. Tuak Tuban ini berbahan baku lontar/siwalan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa para raja dan bangsawan di Nusantara pada dasarnya menyukai makanan berbahan dasar daging babi.

Para raja dan pembesar mengetahui jika daging babi ini sangat lezat dan bergizi. Orang di Nusantara bahkan sejak 45.500 tahun lalu sudah memburu babi sebagai sumber makanan sebagaimana bukti lukisan gua (cave painting) di Leang Tedongnge yang berlokasi di kawasan karst Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan.

Babi memang sudah sejak puluhan ribu tahun lalu menjadi makanan orang-orang nusantara, terutama kepala suku dan juga raja/bangsawan.

Terkait
Sumber Referensi Cerdas | Beragam Informasi Unik dan Berani
Copyright ©2024 bearita.com All Rights Reserved