Mengapa Penyuntikan Vaksin Kebanyakan Dilakukan Di Lengan?
ilustrasi
Penyuntikan memang kebanyakan di lakukan di lengan. Terutama penyuntikan vaksin, mengapa demikian? Sebelumnya coba kita perhatikan dahulu standar-standar penyuntikan dari WHO di bawah ini.
Setiap jenis vaksin, cara penyuntikannya berbeda-beda. Seperti contoh program vaksinasi dasar berikut.
-
vaksin BCG : Intradermal /ID (di lapisan kulit)
-
vaksin DPT : Intramuskular/IM (di otot)
-
vaksin Hepatitis : Intramuskular/IM (di otot)
-
vaksin Campak : Subcutan (di lapisan lemak/di bawah kulit)
-
vaksin Polio : Oral (diteteskan di mulut)
Jawaban mengapa vaksinasi kebanyakan dilakukan di lengan adalah karena di lengan memiliki otot yang tebal dan besar. Di lengan terdapat serabut otot bahu yang cukup tebal serta lapisan lemak yang cukup.
Secara anatomis, lengan juga mudah terjangkau oleh si penyuntik (dokter, bidan, dll).
Lalu, bukankah otot bokong jumlahnya lebih banyak, tetapi kenapa para dokter sudah jarang melakukan suntikan di area tersebut pada anak-anak? Alasannya adalah untuk menghindari resiko kerusakan Saraf Isiadikus akibat tusukan jarum.
Saraf Isiadikus berada tepat dibalik otot bokong (glutea). Saraf ini berfungsi menyarafi tungkai atas, bawah, sampai ke kaki. Kerusakan saraf bisa berakibat serius, misalnya nyeri,kebas (mati rasa), hingga kelumpuhan jaringan. Belum lagi pemulihan jaringan saraf relatif lama ketimbang jaringan lainnya.
Sebaliknya, pada lengan relatif lebih aman karena tidak ada saraf besar dan pembuluh besar yang melintas.
Alasan berikutnya adalah, setiap orang memiliki efek rasa ngilu yang relatif berbeda-beda. Ada yang merasakannya satu hari namun ada juga yang merasakannya hingga dua hari.
Bayangkan apabila lokasi penyuntikan di pipi, bibir atau dada, dengan rasa ngilu yang mengganggu pastinya akan menyulitkan kita saat mengunyah atau berekpresi.
source : quora