Benarkah R.A. Kartini Sebenarnya Beragama Buddha?

Tokoh

R.A. Kartini

Penulis:Bearita.com

Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat, atau biasa dikenal R.A. Kartini yang kita ketahui bersama merupakan sosok pahlawan yang gigih memperjuangkan hak-hak perempuan.

Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Jo Priastana, Ho Sing Kee, dan Gan Kh. Mereka mengklaim mengambil sumber dari surat asli dalam "Habis Gelap Terbitlah Terang" karya R.A. Kartini yang asli sebelum terkena sensor tahun 1915.

Dalam surat-suratnya, sebanyak 3 surat ia memuji sebuah buku karya Harold Fielding (1859-1917) dari Belanda berjudul ”de Ziel van een Volk” (Jiwa Suatu Bangsa; Inggris: Soul of a People) yang diterjemahkan oleh Felix Orrt ke dalam bahasa Inggris. Kartini nampaknya terkesan dengan buku karya H. Fielding tersebut sehingga ia perlu mengungkapkannya kepada tiga orang teman asingnya, di antaranya dalam surat kepada Dr. N. Adriani, 10 Agustus 1901; kepada Hilda Gerarda de Booij-Boissevain, 26 Mei 1902; dan kepada Nyonya R. M. Abendanon-Mandri, 5 Juli 1903. Buku ”de Ziel van een Volk” (Jiwa Suatu Bangsa) sendiri berisi mengenai pengalaman dan pengetahuan si penulis (Fielding) mengenai ajaran Agama Buddha dan bagaimana masyarakat Birma menerapkan, menerjemahkan ajaran Buddha tersebut dalam kehidupan mereka. Yang menarik dari buku tersebut adalah terdapat beberapa hal pembahasan mengenai perempuan, di antaranya adalah mengenai kedudukan kaum perempuan yang secara umum setara dengan pria, mengenai perkawinan yang dianggap murni urusan duniawi bukan urusan agama, dan peran perempuan dalam keagamaan pada masyarakat Birma yang ”lebih religius tapi tidak serius” yang berbanding terbalik dengan kaum lelakinya.

Artikel ini telah diterbitkan di Berita Buddhis Mingguan Bhagavant dengan judul: - Ketika R. A. Kartini Mengenal Agama Buddha - dengan tautan: Ketika R. A. Kartini Mengenal Agama Buddha | Berita Buddhis

Dalam sebuah surat tertanggal 27 Oktober 1902 itu Kartini menjelaskan bahwa ia seorang vegetarian sejak berumur 14-15 tahun. Namun Kartini tidak memiliki keberanian mengumumkan sikap ini hingga beberapa lama sebelum menulis surat ia memberitahu ibunya dan ditanggapi dengan gembira.

Semangat universal dan egalitarian yang dipelajarinya dari Guru Agung Buddha juga menjadi salah satu inspirasi bagi Raden Ajeng Kartini memperjuangkan emansipasi wanita. Walaupun pria maupun wanita memiliki peran sosial yang berbeda, emansipasi wanita menjamin keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk saling melengkapi.

disclaimer: perlu kajian yang lebih mendalam

sumber: quora

Terkait
Sumber Referensi Cerdas | Beragam Informasi Unik dan Berani
Copyright ©2024 bearita.com All Rights Reserved